Data diterima manusia karena adanya stimulus-stimulus yang dapat “ditangkap” oleh indera manusia dan dibawa oleh simpul-simpul saraf yang pada akhirnya diolah oleh otak. Tidak semua stimulus yang ditangkap indera manusia akan direkam secara permanen di dalam memori otak, sehingga muncul istilah short term memory (STM) dan long term memory (LTM).
STM bersifat sementara, misalkan kita diminta untuk menjawab pertanyaan berapa orang yang berbaju merah yang kita jumpai pada hari ini. Data STM biasanya sangat tidak kita hiraukan atau tidak pedulikan, biarkan hal itu berlalu begitu saja. Sedangkan untuk LTM, data itu sangat kita perhatikan sehingga perlu untuk kita ingat. LTM akan semakin baik menempati memori permanen bila makin sering digunakan atau diingat-ingat. Misalkan saja, bila kita diberi nomor telepon oleh seseorang yang kita pedulikan, maka semakin sering kita menghubungi nomor telepon itu, maka akan semakin mudah mengambil kembali dari ingatan.
Semakin sering ingatan tersebut digunakan, maka simpul-simpul saraf yang jumlahnya miliaran di otak dapat meraih data di memori permanen melalui berbagai jalur yang dibentuknya. Menurut penelitian, banyak sel saraf yang mati setiap harinya, sehingga bila hafalan jarang dilakukan maka bisa jadi ada simpul saraf yang mati atau rusak pada jalur raih data tersebut, dan berakibat kita menjadi lupa. Itulah perlunya media catatan tambahan di luar memori utama manusia (otak), seperti buku, kaset, dan sebagainya, sehingga, bila kita lupa, kita dapat mempelajarinya lagi dan menyimpan kembali di otak melalui jalur yang lain.
Ada dua jenis data yang dapat diterima manusia, yaitu jenis data yang tersurat, dan jenis data yang tersirat. Jenis data yang tersurat adalah berbagai stimulus yang secara nyata dapat ditangkap indera manusia, sedangkan jenis data yang tersirat hanya dapat “dibaca“ oleh naluriah manusia, yang berkaitan erat dengan pengalaman batiniah seseorang.
0 komentar:
Posting Komentar