Bahasa gaul sebenarnya sudah ada sejak 1970-an. Awalnya istilah-istilah dalam bahasa gaul itu untuk merahasiakan isi obrolan dalam komunitas tertentu. Tapi karena sering juga digunakan di luar komunitasnya, lama-lama istilah-istilah tersebut jadi bahasa sehari-hari.
Kita pasti sering mendengar istilah-istilah gaul seperti cupu, jayus, atau jasjus, dan sebagainya. Bahkan mungkin kita sendiri sering menggunakannya dalam obrolan sehari-hari dengan teman-teman. Sebagai anak gaul, ya kita sih senang-senang saja menggunakan kosakata barn yang enggak ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Paling- paling guru bahasa Indonesia atau orangtua kita saja yang agak risi kalau kebetulan mereka mendengarnya.
Seharusnya mereka enggak perlu merasa terganggu mendengar bahasa gaul remaja zaman sekarang. Toh di saat mereka muda dulu, mereka juga punya bahasa gaulnya sendiri. Iya, bahasa gaul enggak hanya muncul belakangan ini saja, tapi sudah muncul sejak awal 1970-an. Waktu itu bahasa khas anak muda itu biasa disebut bahasa prokem atau atau bahasa okem. Salah satu kosakata bahasa okem yang masih sering dipakai sampai sekarang adalah "bokap".
Bahasa okem awalnya digunakan oleh para preman yang kehidupannya dekat sekali dengan kekerasan, kejahatan, narkoba, dan minuman keras. Istilah-istilah baru mereka ciptakan agar orang-orang di luar komunitas mereka enggak mengerti. Dengan begitu, mereka enggak perlu lagi sembunyi-sembunyi untuk membicarakan hal negatif yang akan maupun yang telah mereka lakukan.
Karena begitu seringnya mereka menggunakan bahasa sandi mereka itu di berbagai tempat, lama-lama orang awam pun mengerti yang mereka maksud. Akhirnya mereka yang bukan preman pun ikut-ikutan menggunakan bahasa ini dalam obrolan sehari-hari sehingga bahasa okem tidak lagi menjadi bahasa rahasia. Kalau enggak percaya, coba deh tanya bokap atau nyokap kita, tabu enggak mereka dengan istilah mokal, mokat, atau bokin. Kalau mereka enggak mengerti artinya, berarti di masa mudanya dulu mereka bukan anak gaul.
Dengan motif yang lebih kurang sama dengan para preman, kaum waria juga menciptakan sendiri bahasa rahasia mereka. Sampai sekarang kita masih sering kan mendengar istilah "bencong" untuk menyebut seorang banci? Nah, kata bencong itu sudah ada sejak awal 1970-an juga, ya... hampir bersamaan deh dengan bahasa prokem. Pada perkembangannya, konon para waria atau banci inilah yang paling rajin berkreasi menciptakan istilah-istilah baru yang kemudian memperkaya bahasa gaul.
Kosakata bahasa gaul yang berkembang belakangan ini sering enggak beraturan alias enggak ada rumusnya. Sehingga kita perlu menghafal setiap kali muncul istilah baru. Misalnya untuk sebuah lawakan yang enggak lucu, kita biasa menyebutnya garing atau jayus. Ada juga yang menyebutnya jasjus. Untuk sesuatu yang enggak oke, biasa kita sebut cupu. Jayus dan cupu bisa dibilang kosakata baru.
Ini berbeda dengan bahasa okem dan bahasa bencong yang populer di tahun 1970-an. Misalnya, kata bokap dan bencong merupakan kata bentukan dari kata bapak dan banci.
Bahasa okem awalnya digunakan oleh para preman yang kehidupannya dekat sekali dengan kekerasan, kejahatan, narkoba, dan minuman keras. Istilah-istilah baru mereka ciptakan agar orang-orang di luar komunitas mereka enggak mengerti. Dengan begitu, mereka enggak perlu lagi sembunyi-sembunyi untuk membicarakan hal negatif yang akan maupun yang telah mereka lakukan.
Karena begitu seringnya mereka menggunakan bahasa sandi mereka itu di berbagai tempat, lama-lama orang awam pun mengerti yang mereka maksud. Akhirnya mereka yang bukan preman pun ikut-ikutan menggunakan bahasa ini dalam obrolan sehari-hari sehingga bahasa okem tidak lagi menjadi bahasa rahasia. Kalau enggak percaya, coba deh tanya bokap atau nyokap kita, tabu enggak mereka dengan istilah mokal, mokat, atau bokin. Kalau mereka enggak mengerti artinya, berarti di masa mudanya dulu mereka bukan anak gaul.
Dengan motif yang lebih kurang sama dengan para preman, kaum waria juga menciptakan sendiri bahasa rahasia mereka. Sampai sekarang kita masih sering kan mendengar istilah "bencong" untuk menyebut seorang banci? Nah, kata bencong itu sudah ada sejak awal 1970-an juga, ya... hampir bersamaan deh dengan bahasa prokem. Pada perkembangannya, konon para waria atau banci inilah yang paling rajin berkreasi menciptakan istilah-istilah baru yang kemudian memperkaya bahasa gaul.
Kosakata bahasa gaul yang berkembang belakangan ini sering enggak beraturan alias enggak ada rumusnya. Sehingga kita perlu menghafal setiap kali muncul istilah baru. Misalnya untuk sebuah lawakan yang enggak lucu, kita biasa menyebutnya garing atau jayus. Ada juga yang menyebutnya jasjus. Untuk sesuatu yang enggak oke, biasa kita sebut cupu. Jayus dan cupu bisa dibilang kosakata baru.
Ini berbeda dengan bahasa okem dan bahasa bencong yang populer di tahun 1970-an. Misalnya, kata bokap dan bencong merupakan kata bentukan dari kata bapak dan banci.
Ada rumusnya
Ada banyak ragam bentukan bahasa gaul. Berikut ini penjelasan singkat beberapa metode atau rumus dalam membentuk atau memodifikasi kata.
- Tambahan awalan ko.
Awalan ko bisa dibilang sebagai dasar pembentukan kata dalam bahasa okem. Caranya, setiap kata dasar, yang diambil hanya suku kata pertamanya. Tapi suku kata pertama ini huruf terakhirnya harus konsonan. Misalnya kata preman, yang diambil bukannya pre tapi prem. Setelah itu tambahi awalan ko, maka jadi koprem. Kata koprem ini kemudian dimodifikasi dengan menggonta-ganti posisi konsonan sehingga prokem. Dengan gaya bicara anak kecil yang baru bisa bicara, kata prokem lalu mengalami perubahan bunyi menjadi okem.
Contoh lainnya:
Mati - komat (ko+mat) - mokat
Bini - kobin (ko+bin) - bokin
Beli - kobel (ko+bel) - bokel
Bisa - kobis (ko+bis) - bokis
Dengan metode yang sama, waria di Jawa Timer mengganti awalan ko dengan si
- Kombinasi e + ong
Kata bencong itu bentukan dari kata banci yang disisipi bunyi dan ditambah akhiran ong. Huruf vokal pada suku kata pertama diganti dengan e. Huruf vokal pada suku kata kedua digani ong.
Contoh lain:
Makan - mekong
Sakit - sekong
Laki - lekong
Lesbi - lesbong
Mana - menong
Ada juga waria yang kemudian nengganti tambahan ong dengan es sehingga bentukan katanya
Banci - bences
Laki - lekes
Tambahan sisipan Pa/pi/pu
Setiap kata dimodifikasi dengan penambahan pa/pi/pu/pe/po pada setiap suku katanya. Maksudnya bila suku kata itu bervokal a, maka ditambahi pa, bila bervokal i ditambahi pi, begitu seterusnya.
Contoh:
Mati - ma (+pa) ti(+pi) - mapatipi
Cina - ci (+pi) na (+pa) - cipinapa
Gila - gi (+pi) la(+pa) - gipilapa
Tilang - ti (+pi) la(+pa)ng - tipilapang
Bahasa gaul dengan bentukan kata macam ini rasanya merepotkan. Memang sih sebagai bahasa sandi atau bahasa rahasia mungkin cukup ampuh. Tapi enggak praktis. Bayangkan saja sebuah kata yang tadinya terdiri dari dua suku kata jadi empat suku kata. Jadi terlalu panjang mengucapkannya.
- Sisipan in
Pernah dengar istilah lines? Lines itu artinya 'lesbi'. Rumusnya, setiap suku kata pertama disisipi in. Kata les-bi disisipi -in jadi 1(in)es b(in)I = linesbini. Biar gampang sering disingkat jadi lines saja.
Contoh lain:
Banci - b(in)an-c(in)i - binancini
Mandi - M(in)an-d(in)i -- Minandini
Toko - t(in)o-k(in)o - tinokino
Homo - h(in)o-m(in)o - hinomino
Contoh-contoh di atas bisa dibilang pembentukan kata yang beraturan. Ada juga bentukan kata yang enggak beraturan, jadi enggak bisa dibikin rumusnya. Misalnya kata cabut yang kemudian jadi bacut. Artinya pergi atau berangkat. Bisa juga diartikan lari atau kabur bila diucapkan dengan intonasi tinggi dan panjang (Cabuuut...!). Susah kan, menghubung-hubungkan kata pergi, berangkat, lari, atau kabur dengan kata cabut. Contoh lainnya kata kece untuk cantik. Coba deh dikutak- katik, siapa tahu bisa dibuatkan rumusnya.
Istilah dalam bahasa gaul sekarang ini kayaknya cenderung ke arah yang enggak beraturan itu atau dengan menyingkat kata
Misalnya kalau kita mendengar ada orang yang bilang "macan tutul di Gedung MPR, pamer paha di jalan tol" tentu itu bukan menunjukkan arti sebenarnya. Enggak ada macan tutul di MPR dan enggak ada cewek-cewek pakai rok mini di jalan tol. Tapi maksud dari kalimat tersebut: "macet total di depan Gedung MPR dan padat merayap tanpa harapan di jalan tol".
Masuk KBBI
Bahasa gaul rupanya enggak cuma menarik buat para penggunanya, tapi juga menarik untuk diseminarkan. Buktinya kira-kira setahun yang lalu pernah digelar acara diskusi "Bahasa Slang, Bahasa Gaul dalam Dinamika Bahasa Indonesia dan Bahasa Asing" di Perpustakaan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Yang jadi pembicaranya, antara lain, seniman Remy Silado dan Kepala Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Dendy Sugono.
Pak Dendy bilang, bisa saja istilah-istilah gaul dicantumkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang akan diterbitkan pada tahun 2008. Di samping itu, Pusat Bahasa Depdiknas pun akan mengeluarkan KBBI yang hanya memuat istilah-istilah baku. Dengan kata lain, kalau inisiatif Pak Dendy ini terlaksana, tahun 2008 nanti akan ada dua versi KBBI. Salah satunya akan mencantumkan istilah-istilah gaul. Kayaknya rencana Pusat Bahasa mencantumkan istilah gaul dalam KBBI bukan omong kosong. Indikasinya sudah kelihatan kok. Beberapa bulan lalu lembaga ini pernah merilis tentang asal-usul istilah gaul. Dari istilah nih ye, memble, kece, bo, nek, jayus, jaim, sampai gitu loh Hebat kan mereka bisa menemukan siapa saja orang pertama yang menciptakan/menggunakan atau memopulerkan istilah-istilah tersebut. Nah, kita masih ada waktu setahun lebih untuk menciptakan istilah-istilah baru untuk dicantumkan dalam KBBI.
Nih Yee...
Ucapan ini terkenal di tahun 1980-an, kalau tidak
salah tepatnya November 1985 pertama kali di
ucapkan oleh pelawak Diran, kemudian dijadikan
bahan lelucon oleh Euis Darliah...
Memble dan Kece
Ini adalah ciptaan khas Jaja Mihardja, di tahun
1986 kemudian di mainkan dalam Film Memble
tapi Kece yang diperankan oleh Jaja Mihardja
sendiri dan Dorce Gamalama.
Booo........
Ini ucapan populer di pertengahan awal 90-an,
pertama dipoplerkan oleh grup GSP, kalau nggak
salah Hennyta Tarigan dan Rina Gunawan yang
pertama kali mengucapkan, kemudian kata-kata ini
pernah di ucapkan dalam lenong rumpi, tapi kata-
kata ini populer dalam lingkungan pergaulan di
kalangan artis, Titi DJ-lah orang benar-benar
mempopulerkan ucapan ini.
Nek...
Setelah kata-kata Boo... tak lama kemudian
muncul kata-kata Nek... bagi generasi yang SMA-
nya di pertengahan 90-an pasti mengalami
bagaimana populernya kata-kata ini, Ucapan
Nek...pertama kali di ucapkan oleh Budi Hartadi
seorang remaja di kawasan kebayoran yang tinggal
sama neneknya, makanya dia sering ngucapin
Nek... kebetulan dia latah jadinya setiap ngomong
dia ngucapin Nek...Nek...eh lo mau ke menong,
Nek itu contohnya si Budi kalo ngomong ke
temennya, si Budi ini seneng gaul di wilayah
Tjokro, Menteng ...nah kebetulan ada banci
menteng yang denger, kemudian si Banci itu
ngikutin kata-kata si Budi, so... banyak Banci
ngomong gaya Budi, jadi banyak orang mengira
kata-kata ini di populerkan oleh para Banci.
Jayus
Di akhir dekade 90-an dan di awal abad 21, ucapan
Jayus sangat populer, kata ini artinya lawakan
yang nggak lucu, garing atawa tingkah laku yang
mau ngelucu tapi nggak lucu orang yang
mengucapkan ini adalah kelompok anak SMU
yang bergaul di kita! ran Kemang, konon ada
seseorang bernama Herman Setiabudhi, dia
dipanggil temen-temennya Jayus, soalnya
Bapaknya bernama Jayus Kelana seorang pelukis
di kawasan Blok M. Si Herman alias Jayus ini
kalau ngelawak nggak pernah lucu, temannya yang
bernama Sonny Hassan alias Oni Acan sering
ngomentarin tiap lawakan yang nggak lucu dengan
celetukan Jayus, ucapan Oni Acan inilah yang kemudian diikuti
tongkrongannya di daerah Sajam,
Kemang lalu kemudian merambat populer di
lingkungan PL, dan anak-anak SMU sekitar
Melawai. Puncaknya pas ada acara PL Fair2000
kata-kata Jayus ini banyak di ucapkan.
Jaim
Ucapan Jaim ini di populerkan oleh Bapak Drs.
Sutoko Purwosasmito, seorang pejabat di sebuah
departemen, yang selalu mengucapkan kepada
anak buahnya untuk menjaga tingkah laku, pada
suatu hari Pak Pur, begitu ia sering dipanggil,
berpidato di hadapan anak buahnya untuk Jaim,
inilah kutipan kata-katanya saudara-saudara
sebagai pegawai negeri kita harus Jaim, apa itu
Jaim Jaim itu yah...Jaga Imej itulah awal kata-
kata Jaim itu populer, kemudian seorang anak
buah Pak Pur, Bapak Dharmawan Sutanto, yang
punya anak bernama Santi Indraswara, pernah
memarahi Santi untuk gak terlalu ngumbar ama
temen-temen cowoknya San...kamu kalo jadi
cewek harus Jaim..!!!! Santi bengong dengan
muka begonya dia nanya Pa...Jaim it! u apa
seh..? Pak Dhar langsung keluar kamar Santi
sembari ngomong Jaim itu Jaga Imej... Santi
yang masih bengong cuman ngucapin ooooh.
Nah hari seninnya Santi pas upacara bendera dia
ditugaskan jadi pembaca UUD 1945, diakhir kata
dia gak sengaja ngucapin Jaim doooong........
Kepala Sekolahnya langsung noleh ke Santi dan
nanya ke Santi apa tuh Jaim Santi dengan santai
jawab Jaga Imej...Pak eh Kepala Sekolah dengan
muka bego juga cuman ngucapin Ooohh..
Gitu Loooooooooohhh........(GL)
Kata GL pertama kali diucapin oleh Gina Natasha
seorang remaja SMP di kawasan Kebayoran, Gina
ini punya kakak bernama Ronny Baskara seorang
pekerja event organizer, nah si Ronny ini punya
temen kantor bernama Siska Utami, pada suatu
saat Siska bertandang ke rumah Ronny, pas dia
ketemu si Gina, Siska nanya Kakakmu mana si
Gina ngejawab di kamar, Gitu Loooohhh.. terus
pas di tanya lagi Eh Gina kelas berapa ! sekarang
si Gina ngejawab Kelas dua SMP Gitu looohhh..
Yah namanya tamu, Siska trus nanya Gina, kalau
yang benerin genteng bocor siapa seh? Gina
ngejawab Siapa aja ..Gitu Looohhh sampai
sebelas pertanyaan selanjutnya si Gina ngejawb
dengan kata-kata Gitu Looohh... Esoknya si Siska
di kantor ikut-ikutan latah dia ngucapin kata Gitu
Loooohhh...di tiap akhir kalo dia ngomong
Sumber :
forum.detik.com/asal-usul-bahasa-gaul-t63643.html
http://www.modifikasi.com/showthread.php?t=35320
0 komentar:
Posting Komentar